Mahasiswa D3 Prodi Usaha Perjalanan Wisata Akpar Majapahit Kunjungi Museum Malang Tempo Doeloe, Candi Singhasari dan Candi Sumberawan
BARU-BARU ini, 13 mahasiswa D3 Prodi Usaha Perjalanan Wisata (UPW) Akpar Majapahit, yang terdiri dari Daniel Endra, Maily Chandra, Munifah Bawazier, Dwita Puspa dan Yolanda Afitsa (mahasiswa semester III) serta Anita Permatasari, Eka Yuliany, Olga Claudia, Nikita Kinanthi, Diza Faiqotus, Sarah Ferina, Adinda Anastasia dan Ryo Alexander (mahasiswa semester I) mengunjungi objek wisata di Malang.
Objek wisata yang dikunjungi rombongan mahasiswa yang dipimpin Bapak Eko, sebagai tour leader-nya antara lain city tour di Museum Malang Tempo Doeloe, Ijen Boulevard, Alun-alun Kota Malang, Toko Oen, mengunjungi situs peninggalan sejarah Candi Singhasari dan Candi Sumberawan di Singosari, Kabupaten Malang.
Eko adalah asisten Drs Gatot Harjoso, dosen Basic Guidingdan Tour Guiding Akpar Majapahit. Sesuai skenario, lima mahasiswa semester III yang praktik Tour Guidingbertindak sebagai tour guide, sedangkan delapan mahasiswa semester I yang mengikuti praktik Basic Guidingmemosisikan diri menjadi turisnya.
Sebelum terjun di lapangan, peserta praktik Basic Guidingdan Tour Guiding dibekali dengan run down acara yang telah disiapkan dosen pembimbing. Dengan bekal run down itu mahasiswa bisa mengikuti rangkaian kegiatan tersebut dengan sebaik-baiknya, meskipun dalam pelaksanaannya ada sedikit koreksi dari tour leader (pimpinan rombongan).
Dipilihnya objek wisata di Malang dan sekitarnya, selain karena lokasinya relatif dekat dengan Surabaya, sekitar 100 kilometer, juga banyak pelajaran yang bisa dipetik mahasiswa selama mengunjungi objek wisata tersebut sejak pagi hingga sore hari.
Setelah menempuh perjalanan darat selama dua jam dari Surabaya dengan mini bus Isuzu Elf berkapasitas 20 tempat dudul, rombongan mahasiswa UPW Akpar Majapahit tiba di Museum Malang Tempo Doeloe Jl Gajah Mada, Kidul Dalem, Balai Kota Malang sekitar pukul 10.30 WIB.
Lima mahasiswa semester III yang ditugaskan menjadi tour guide, menyempatkan diri mencari info kepada petugas jaga museum. Sebelumnya, mereka juga membekali diri denganbrowsinginternet seputar keunikan dan kelebihan Museum Malang Tempo Doeloe, Candi Singhasari dan Candi Sumberawan di Singosari Kabupaten Malang.
Nah, dengan bekal seabrek info tersebut, mahasiswa semester III yang terdiri dari Daniel, Maily, Munifah, Dwita dan Yolanda semakin percaya diri ketika memberi arahan dan penjelasan seputar keunikan dan kelebihan Museum Malang Tempo Doeloe kepada adik kelasnya yang saat itu memosisikan diri sebagai turis.
KOLEKSI MUSEUM
Kepada tamunya, seorang tour guideprofesional menjelaskan bahwa sejarah Museum Malang Tempo Doeloediresmikan pada tanggal 22 Oktober 2012. Museum yang sebagian didominasi oleh warna oranye itu memberi gambaran bahwa Malang dulunya merupakan danau atau laut purba.
Museum Malang Tempo Doeloe terletak di Jl. Gajah Mada, atau tepatnya ada di belakang Balai Kota Malang. Untuk bisa menikmati semua koleksi yang terpajang rapi di museum kebanggaan Pemkot Malang, pengunjung harus bayar dulu tiket masuk Dan asyiknya lagi, pengunjung yang ingin mengabadikan momen tak terlupakan bersama dengan berbagai koleksi di Museum Malang Tempoe Doeloe juga diperbolehkan. Oh ya, museum ini buka mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB.
Saat baru masuk ke dalam Museum Malang Tempo Doeloe, pengunjung bisa menikmati berbagai macam koleksi yang tersimpan dengan rapi. Museum Malang Tempo Doeloe punya 20 ruangan yang mengusung konsep berbeda-beda dengan dekorasi bercitarasa modern. Pengunjung juga bisa menyaksikan pemutaran film dokudrama di ruangan kaleidoskop yang memutar sejarah kota Malang.
Keunikan yang dimiliki Museum Malang Tempo Doeloe dimulai dari pembagian periode waktu yang disesuaikan dengan urutan sejarah dari kota Malang. Pertama, adalah jaman purbakala yang berlangsung sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Ada banyak sekali benda-benda purbakala yang dulu digunakan oleh manusia purba untuk bertahan hidup. Pengunjung juga bisa melihat tanduk kerbau purba dan fosil-fosil.
Kedua, pengujung museum juga bisa merasakan suasana kerajaan-kerajaan yang dulu pernah berjaya di Malang, seperti Kerajaan Singasari, Kerajaan Kediri, dan Kerajaan Kanjuruhan yang menjadi bagian dari penemuan pondasi pertama yang ditemukan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1716.
Koleksi Museum Malang Tempo Doeloe seperti keris, buku-buku, prasasti dan patung-patung lilin dirancang se-hidup mungkin, batu bata kuno yang konon berasal dari jaman Kerajaan Majapahit, naga berkepala wanita, patung ganesha, dwarapala, arca-arca, ilustrasi gua yang menggambarkan tentang tempat bertapa Ken Arok, dan masih banyak koleksi lainnya. Setidaknya, ruangan ini memberi gambaran yang cukup jelas tentang sejarah kota Malang di masa lalu.
Untuk melihat periode ke-3 Museum Malang Tempo Doeloe, pengunjung diajak naik ke lantai 2. Di tempat ini pengunjung bisa melihat foto-foto walikota Malang yang pernah menjabat sejak jaman Belanda hingga sekarang ini. Setelah itu, pengujung diantar ke jaman revolusi yang berlangsung pada periode 1945 – 1949 yang digambarkan dalam diorama. Ada juga bagian Museum Malang Tempoe Doeloe yang khusus menyajikan gambaran pendudukan Jepang di Indonesia. Nuansanya pun Jepang banget!
Inilah jaman yang paling dekat dengan sejarah bangsa Indonesia yang disajikan oleh Museum Malang Tempo Doeloe karena di saat itulah ibu pertiwi berjuang keras untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan. Diorama seperti penjara besi, patung Bung Karno, ilustrasi yang menggambarkan suasana rapat KNIP yang dipimpin Bung Hatta pun cukup akomodatif.
Dan yang terakhir adalah periode sekarang yang melukiskan Kota Malang di masa kini. Kalau dilihat sekilas, tempat ini memang menyajikan tema jadul tapi dengan kemasan modern dan fresh sehingga pengunjung punya gambaran tentang bagaimana Kota Malang tumbuh kembang hingga sekarang. Museum yang mengusung tema New Concept Modern Live Museum itu sukses dikembangkan pengelolanya sehingga menarik dikunjungi wisatawan.
Tak terasa keasyikan menikmati koleksi Museum Malang Tempo Doeloe ternyata waktunya sudah memasuk jam makan siang. Rombongan mahasiswa UPW Akpar Majapahit tidak perlu jalan jauh-jauh karena rumah makan yang menyajikan menu tradisional Jawa itu siap menghilangkan rasa lapar dan dahaga Anda karena lokasinya dekat dengan museum tersebut. So, makan siang (lunch) bersama saat itu betul-betul luar biasa nikmat karena menunya enak banget dan minumannya menyegarkan.
Setelah menikmati sajian makan siang, rombongan mahasiswa UPW Akpar Majapahit kembali mengikuti city tour dengan menyusuri Jl Ijen Boulevard, Alun-alun Kota Malang, melewati Toko Oen, yang kondang karena toko itu menyediakan es krim tempo doeloe yang lezat sejak dulu hingga sekarang.
CANDI SINGHASARI
Puas berkeliling kota Malang, rombongan melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi situs peninggalan sejarah Candi Singhasari di Jl Kertanegara Dukuh Krajan, Desa Candirenggo, Kec. Singosari dan Candi Sumberawan di Jl. Toyomarto Kec. Singosari Kabupaten Malang. Candi Sumberawan lokasinya enam kilometer dari Candi Singhasari yang terletak di kaki Gunung Arjuna.
Candi Singosari adalah candi Hindu – Buddha yang merupakan peninggalan bersejarah dari Kerajaan ternama yakni "Kerajaan Singhasari". Candi ini berlokasi di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, lebih kurang 11 km sebelah utara dari pusat kota Malang. Candi Singosari atau Singhasari kadang disebut pula sebagai "Candi Ken Dedes" ,Candi Singhasari merupakan makam Raja Kertanegara (1268 – 1292) sebagai Bhirawa atau dewa Syiwa dalam bentuk ganas.
Di sebelah barat candi Singhasari (kurang lebih 100 Meter) terdapat dua arca besar yang mempunyai tinggi 3,7 Meter yang disebut sebagai penjaga atau lebih dikenal dengan Arca Dwarapala dari sebuah taman yang indah dan luas pada jaman Kerajaan Singhasari, yang mungkin mencakup Sumberawan.
Tidak banyak sisa-sisa Kerajaan Singosari yang pernah berkuasa abad 13 di Jawa Timur. Hanya ada sebuah candi yang belum selesai dibangun dan dua patung raksasa yang berdiri menjaga di depan istana sebagai jejak yang tersisa dari salah satu kerajaan besar di Nusantara ini.
Candi Singosari disebut masyarakat setempat sebagai "Candi Cungkup" awalnya sempat dinamakan jugaCandi Renggo, Candi Menara, dan Candi Cella. Untuk sebutan yang terakhir karena candi ini memiliki celah sebanyak empat buah di bagian tubuh candi. Hingga kini nama yang lebih dikenal adalah Candi Singosari karena letaknya di Singosari.
Banyak yang menganggap bahwa Candi Singosari adalah makam Raja Kertanegara sebagai raja terakhir Singosari. Akan tetapi pendapat ini diragukan banyak ahli, lebih dimungkinkan Candi Singosari merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa karena sistem mandala yang berkonsep candi Hindu dan sekaligus sebagai media pengubah dari air biasa menjadi air suci (amerta).
Banyak yang menganggap bahwa Candi Singosari adalah makam Raja Kertanegara sebagai raja terakhir Singosari. Akan tetapi pendapat ini diragukan banyak ahli, lebih dimungkinkan Candi Singosari merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa karena sistem mandala yang berkonsep candi Hindu dan sekaligus sebagai media pengubah dari air biasa menjadi air suci (amerta).
Sebelum kembali ke Surabaya, rombongan mahasiswa UPW Akpar Majapahit memungkasi praktik Basic Guiding danTour Guidingdengan mengunjungi situs peninggalan sejarah Candi Sumberawan di Singosari.
Candi Sumberawan adalah candi bersejarah dan satu-satunya Stupa di Jatim. Candi ini terletak di kaki Gunung Arjuna pada keitnggian 650 meter di atas permukaan laut (dpl), tepatnya di Desa Toyomarto, Kec. Singosari Kabupaten Malang.
Situs ini merupakan peninggalan Kerajaan Singosari dan hanya berjarak sekitar enam kilometer dari Candi Singhasari. Sering juga disebut Candi Rawan karena terletak di tepi rawa yang mata airnya selalu mengalir sepanjang tahun.
Candi yang berada sekitar lima kilometer dari kota Malang ini terbuat dari batuan andesit dengan dimensi panjang 6,25 meter, lebar 6,25 meter dan tinggi 5,23 meter. Konon candi ini dibangun untuk menghormati Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit yang berkunjung ke daerah itu pada tahun 1359. Menariknya, Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jatim.
Kaprodi UPW Akpar Majapahit Dewi Mariana M.Par mengatakan, usai mengikuti rangkaian praktik basic guidingdan tour guiding di Malang, mahasiswa mendapat tugas dari dosen pembimbing untuk membuat laporan perjalanan.
Nah, Anda tertarik dengan aneka kegiatan di kampus Akpar Majapahit dan ingin mendaftarkan diri sebagai mahasiswa baru di kampus tersebut, silakan menghubungi Divisi MarketingAkpar Majapahit Surabaya Jl Raya Jemursari No. 244 Surabaya, Telp. (031) 8433224-25, 8480821-22, sekarang juga. (ahn)
Terima kasih atas artikel : http://www.majapahit.ac.id/2016/03/praktik-mata-kuliah-basic-guiding-dan.html
ReplyDeleteSemoga selalu sukses gan,,
domino 99 | domino99