Mahasiswa D3 Prodi Usaha Perjalanan Wisata Akpar Majapahit Terkesan dengan ”Eco Tourism” di Trawas
KEINDAHAN ALAM dankeasrian lingkungan yang ditunjukkan oleh pengelola objek wisata alam (eco tourism) Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Jatim di Seloliman dan keunikan situs purbakala Petirtaan Jolotundo sebagai warisan nenek moyang (objek wisata sejarah) mengundang decak kagum dan pujian dari mahasiswa D3 Prodi Usaha Perjalanan Wisata (UPW) Akpar Majapahit.
Bagainama tidak, enam mahasiswa Akpar Majapahit –Agna Bella Monica, Ajeng Artamay, Nadya Shufiyah, Nur Alfiyah Siregar, Reyvaldo Soehandono dan Rizki Rahmanda— itu salut terhadap kegigihan pengelola PPLH Jatim yang tiada henti mengenalkan pentingnya eco tourism kepada masyarakat termasuk pelajar dan mahasiswa, sebagai calon generasi penerus bangsa.
Hal itu mereka sampaikan kepada kruwww.culinarynews.info, seusai mahasiswa D3 Prodi UPW Akpar Majapahit mengikuti rangkaian kegiatan studi tur selama dua hari satu malam demi mengimplementasi mata kuliah Perencanaan Pengembangan Pariwisata di PPLH Jatim dan Petirtaan Jolotundo, Seloliman, Trawas, Kabupaten Mojokerto, akhir pekan lalu.
Perjalanan darat dari Kampus Akpar Majapahit, Sabtu (13/02/2016) menuju sejuknya daerah Trawas siang itu betul-betul terasa mengasyikkan. Bus milik kampus yang dikemudikan Pak Arif, berjalan mulus menyusuri padatnya lalu lintas dari Surabaya ke Trawas sejauh kurang lebih 55 kilometer.
Sekitar 1,5 jam perjalanan, rombongan mahasiswa D3 Prodi UPW Akpar Majapahit dengan di dampingi dosen pembimbing Maftucha Dipl. Hot., SE, M.Par., sampai di kawasan objek wisata PPLH Jatim. Lokasi PPLH Seloliman yang asri dan menyatu dengan alam sekitarnya itu benar-benar membuat antusias tamu yang datang dan menikmati keunikan dan keindahan panorama eco tourisme di lereng Gunung Penanggungan.
Antusiasme mahasiswa tumbuh saat memasuki kompleks PPLH Seloliman dan diajak menuju bungalow yang berkapasitas 10 orang. Desainnya yang unik karena ditata sedemikian rupa (memadukan gaya Jerman dan Jawa) sehingga betul-betul ramah lingkungan. Tempat peristirahatan yang indah dan asri karena menyatu dengan alam ini selain berkapasitas 10 orang, juga tersedia bungalow yang mampu menampung 6 orang. Khusus untuk guest house-nya sendiri memiliki kapasitas 70 orang tamu.
Tamu menikmati minuman selamat datang (welcome drink) yang diracik dari bahan tanaman yang dibudidayakan di kebun sekitar kompleks PPLH Seloliman. Begitu juga saat tamu menikmati sajian dinner (makan malam), menu yang dihidangkan juga hasil kebun setempat. Pertanian organik yang dikembangkan oleh pihak PPLH Seloliman tentu sehat dan menyehatkan jika dikonsumsi.
Tanaman yang diusahakan pengelola PPLH bersama petani setempat berada di area hutan lindung lereng Pengunungan Penanggungan milik Perum Perhutani KPH Pasuruan dan kebun milik PPLH sendiri. Hasil panen petani sayur dan buah-buahan di sekitar PPLH Seloliman, saat dimasak menjadi hidangan yang lezat dan menyehatkan saat disajikan kepada tamu.
”Gaya hidup sehat alami yang ditunjukkan pengelola PPLH kepada tamu menjadi inspirasi kami untuk mengutamakan menu makanan organik bagi pemenuhan kebutuhan gizi harian siapa pun yang memahami pentingnyahealthy life,” kata Ajeng Astamay, yang diamini Rizki Rahmanda dan empat rekannya yang lain.
Agna Bella Monica menambahkan, saat menikmati menu makan malam (dinner), misalnya, sajian yang dihidangkan pihak PPLH Seloliman tidak neko-neko, hanya berupa sup organik, perkedel, ayam kampung goreng, tahu, tempe plus sambal kecap. Begitu juga saat dirinya mencicipi hidanganbreakfast (sarapan), menunya sederhana banget, yakni nasi goreng organik, telur (ceplok atau dadar) dan tempe goreng.
”Meski menunya sederhana, tapi saat disantap betul-betul nikmat banget. Apalagi saatbreakfast sudah ditemani segelas teh atau secangkir kopi hangat karena pagi itu udaranya masih dingin dan supersejuk,” tutur Bella, mahasiswa cantik ini kepada kru www.culinarynews.info, kemarin.
Keesokan harinya, Minggu (14/02/2016) pagi, saat mengikuti acara napak tilas, dengan berjalan kaki dari PPLH Seloliman naik menuju objek wisata sejarah situs purbakala Petirtaan Jolotundo, enam mahasiswa Akpar Majapahit itu didampingitour guide dari PPLH Jatim sendiri.
Selama dalam perjalanan menyisir lereng Gunung Penangggungan, sesekali tour guide memperkenalkan sejumlah sayur dan buah-buahan yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh jika dimasak dengan benar kepada mahasiswa. Misalnya, buah keluwak (untuk bumbu rawon), tales, buah langka mirip rambutan tetapi ukurannya sebesar buah naga, daun tanaman anti gigitan nyamuk dan yang lainnya.
”Oleh tour guide, kami juga ditunjukkan sumber air yang melimpah di lereng Gunung Penanggungan, sekalipun pada musim kemarau, air pegunungan itu tetap mengalir jernih dan dinikmati masyarakat sekitarnya,” tukas Ajeng Astamay.
Setelah menyusuri jalan setapak sejauh 2,5 kilometer, sampailahrombongan mahasiswa bersama tour guide di situs purbakala Petirtaan Jolotundo (Candi Jolotundo). Di objek wisata sejarah itu, mahasiswa mendapat kesempatan untuk interview dengan karyawan yang bertugas di Petirtaan Jolotundo seputar pemeliharaan dan pengelolaan objek wisata itu, mewawancarai sejumlah pengunjung petirtaan, pedagang kaki lima (PKL) dan sejumlah pihak terutama warga lokal, yang sehari-hari mencari penghidupan di sana. Petirtaan Jolotundo ini dikelola bareng antara Dinas Pariwisata Kabupaten Mojokerto, Perum Perhutani KPH Pasuruan dan BPCB Kabupaten Mojokerto.
Dalam kesempatan itu dirinya dan teman-teman juga sibuk mendokumentasikan kegiatan studi tur ini dengan smartphone, karena setelah kegiatan ini setiap mahasiswa diminta dosen membuat laporan. Dokumen berupa foto-foto dan hasil wawancara dengan para pihak selama studi tur di PPLH Seloliman dan Petirtaan Jolotundo menjadi data penting sebelum menyusun tugas terstruktur dari dosen pembimbing.
”Laporan tertulis berupa makalah ini nantinya saya presentasikan dalam sebuah forum seminar mahasiswa. Saya dan lima temannya yang lain juga diminta Bu Ucha berkoordinasi dengan Asisten Direktur I Bidang Akademik Hedy W. Saleh, yang juga pembimbing seminar mahasiswa D3 Prodi UPW Akpar Majapahit, sebelum presentasi,” terang Rizki di dampingi Reyvaldo dan Nadya Shufriyah. Selamat berkarya dan sukses untuk Anda. (ahn)
The effectiveness of IEEE Project Domains depends very much on the situation in which they are applied. In order to further improve IEEE Final Year Project Domains practices we need to explicitly describe and utilise our knowledge about software domains of software engineering Final Year Project Domains for CSE technologies. This paper suggests a modelling formalism for supporting systematic reuse of software engineering technologies during planning of software projects and improvement programmes in Project Centers in Chennai for CSE.
ReplyDeleteSoftware management seeks for decision support to identify technologies like JavaScript that meet best the goals and characteristics of a software project or improvement programme. JavaScript Training in Chennai Accessible experiences and repositories that effectively guide that technology selection are still lacking.
Aim of technology domain analysis is to describe the class of context situations (e.g., kinds of JavaScript software projects) in which a software engineering technology JavaScript Training in Chennai can be applied successfully